Jatimekspose.com, Sumenep – Dalam hitungan bulan, kursi panas Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumenep bakal kosong. Edy Rasiyadi, sosok yang sudah hampir delapan tahun menduduki jabatan strategis itu, segera purna tugas.
Aroma persaingan pun mulai menguat seiring dengan rencana seleksi terbuka yang akan digelar dalam waktu dekat, Jumat (30/5).
Menariknya, nama-nama calon kuat mulai bermunculan. Salah satunya datang dari hasil penjajakan tokoh lokal, Farid Gaki, yang intens melakukan silaturahmi ke sejumlah tokoh sentral di lingkar kekuasaan Kabupaten Sumenep. Hasilnya? Muncul tujuh nama tokoh yang dinilai paling layak menduduki posisi Sekda 2025.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Berikut tujuh nama yang masuk radar versi Farid Gaki:
1. Arif Firmanto
2. Erik Susanto
3. Agus (Dinas Pendidikan)
4. Yayak
5. Moh Ramli
6. Inong (Dinas Pertanian)
7. Rahman (Perizinan)
Ketujuh figur tersebut dinilai tidak hanya mumpuni secara kompetensi birokrasi, tetapi juga memiliki kapasitas kepemimpinan yang kuat. “Saya tidak asal sebut. Tujuh nama ini muncul setelah diskusi dengan sejumlah tokoh yang paham betul denyut nadi pemerintahan di Sumenep. Mereka dinilai mampu mengeksekusi tugas-tugas berat seorang Sekda,” ujar Farid.
Farid menambahkan, dalam beberapa hari ke depan ia berencana kembali sowan ke beberapa tokoh terkemuka di Sumenep untuk mengerucutkan nama-nama tersebut menjadi lima, lalu tiga besar. Menurutnya, masukan dari para tokoh sangat penting untuk menjadi bahan pertimbangan Bupati Sumenep dalam menentukan calon Sekda definitif.
Meski seleksi terbuka akan tetap dilaksanakan secara formal, publik paham betul bahwa restu Bupati akan sangat menentukan arah permainan. “Pak Bupati memiliki otoritas penuh dalam menentukan pilihan akhir. Tapi kita ingin beliau mendapatkan masukan dari bawah,” tegasnya.
Dengan waktu yang kian mepet, publik kini menanti: siapa dari ketujuh nama itu yang akan benar-benar naik ke ring terakhir? Sumenep butuh figur yang bukan hanya pintar, tapi juga kuat, luwes, dan tahan banting menghadapi dinamika politik birokrasi yang makin kompleks.